Rabu, 09 Mei 2012

PENDEKATAN INKUIRI

a. Pengertian Inkuiri
Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)
sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan
eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan
sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan
sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.
Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai
pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejalagejala
ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan
inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok
siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan
di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara
jelas (Hamalik, 1991).
Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah
sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku.
Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan
menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional
(Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991)
menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas
yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang
berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan
menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan oleh
ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi.
Sementara itu, Trowbridge (1990) menjelaskan model inkuiri sebagai
proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan
masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut, Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari
pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada
siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsepkonsep
dan prinsip-prinsip ilmiah.
Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998)
mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan
dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri
merupakan suatu proses yang ditempuh mahasiswa untuk memecahkan masalah,
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini
mahasiswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu
permasalahan yang diberikan dosen. Dengan demikian, siswa akan terbiasa
bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif,
dan menghormati pendapat orang lain.

b. Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Pemahaman konsepkonsep
materi kuliah, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh mahasiswa, bukan
atas dasar "menurut buku".
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah
sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audien yang lain

MACAM-MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Dalam Strategi Belajar Mengajar, kita mengenal istilah-istilah seperti pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Salah satu yang akan kita bahas adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak ataupun sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Macam-macam pendekatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Pendekatan kontekstual
2.      Pendekatan konstruktivisme
3.      Pendekatan deduktif dan induktif
4.      Pendekatan konsep dan proses
5.      Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat (STM)
1.      Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sering kita kenal dengan CTL (Contextual Teaching and Learning).
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Doantara, 2008).
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya.
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. (Suryati, 2008)
Ciri-ciri suatu pembelajaran yang kontekstual adalah sebagai berikut
a.       Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
b.      Siswa belajar dari temen melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
c.       Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan
d.      Perilaku dibangun atas kesadaran diri
e.       Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
f.       Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri
g.      Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar itu keliru dan merugikan
h.      Bahasa yang diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata
i.        Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa
j.        Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai dengan skemata siswa (on going prosecess of development)
k.      Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran  yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran
l.        Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri.
m.    Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan (dikonstruksi) oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang (tentative and incomplete)
n.      Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing
o.      Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan
p.      Hasil belajar diukur dengan berbagai cara; proses kerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes dll
q.      Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting
r.        Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek
s.       Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic
t.        Seseorang berperilaku baik karena dia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat. seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu
2.      Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme berasumsi bahwa siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya dan pemahaman tersebut diperoleh dari pengalaman belajar yang bermakna. (rmakoe,2009)
 Pendekatan konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa proses belajar diawali dengan terjadinya konflik kognitif (Sitanto,2009)
Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran dimana pengetahuan baru tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa membentuk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya dalam proses asimilasi dan akomodasi. (Kusuma,2003)
3.      Pendekatan Deduktif dan Iinduktif
Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus. (Inisiasi PKn)
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif dijelaskan sebagai berikut (1) guru memilih konsep, prinsip,aturan yang akan disajikan, (2) guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum,lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya, (3) guru menyajikan contoh-contohkhusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturanprinsip umum yang didukung oleh media yang cocok, (4) guru menyajikan bukti-buktiuntuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus.
Pendekatan induktif dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit banyak mungkin. (Inisiasi PKn)
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu: (1) guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif (2) guru menyajikan contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh, (3) guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan, (4) menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta tindak lanjut.
4.      Pendekatan Konsep dan Proses
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan di mana siswa dibimbing memahami suatu bahasan dengan memahami konsep-konsep yang terkandung didalamnya. (Amiruddin,2009) Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi sasaran utama pembelajaran. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre. Guru terlalu dominan dan siswa membimbing untuk memahami konsep.
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan yang mempunyai tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. (Amiruddin,2009)
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan yang menekankan pada perolehan dan pemahaman fakta dan prinsip. Sedangkan pendekatan proses atau dikenal dengan pendekatan keterampilan proses menekankan pada bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari. (Zaifbio,2009)
5.      Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM)
Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat (STM) atau biasa juga di Indonesia disebut dengan Salingtemas (sains-lingkungan-teknologi-masyarakat) mulai berkembang pada dasarwarsa 70-an, sebagai reaksi dari pola pengajaran sains post-Sputnik. (Sumintono,2008)
Pendekatan sains teknologi dan masyarakat yang di dalam bahasa Inggris disebut "Science Technology and Society" merupakan suatu pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan issu teknologi yang ada di masyarakat.(Astuti,2001) Dengan pendekatan ini, peserta didik dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang diikuti dengan pemikiran untuk mengatasi dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi.